COBIT
1.
PENGERTIAN
COBIT
COBIT
(Control Objectives for Information and Related Technology) merupakan audit
sistem informasi dan dasar pengendalian yang dibuat oleh Information Systems
Audit and Control Association (ISACA) dan IT Governance Institute (ITGI) pada
tahun 1992.
COBIT
mendukung tata kelola TI dengan menyediakan kerangka kerja untuk mengatur
keselarasan TI dengan bisnis. Selain itu, kerangka kerja juga memastikan bahwa
TI memungkinkan bisnis, memaksimalkan keuntungan, resiko TI dikelola secara tepat,
dan sumber daya TI digunakan secara bertanggung jawab (Tanuwijaya dan Sarno,
2010). COBIT Framework adalah standar kontrol yang umum terhadap teknologi
informasi, dengan memberikan kerangka kerja dan kontrol terhadap teknologi
informasi yang dapat diterima dan diterapkan secara internasional.
COBIT
bermanfaat bagi manajemen untuk membantu menyeimbangkan antara resiko dan
investasi pengendalian dalam sebuah lingkungan IT yang sering tidak dapat
diprediksi. Bagi user, ini menjadi sangat berguna untuk memperoleh keyakinan
atas layanan keamanan dan pengendalian IT yang disediakan oleh pihak internal
atau pihak ketiga. Sedangkan bagi Auditor untuk mendukung atau memperkuat opini
yang dihasilkan dan memberikan saran kepada manajemen atas pengendalian internal
yang ada.
2.
SEJARAH
COBIT
COBIT
pertama kali diterbitkan pada tahun 1996, kemudian edisi kedua dari COBIT
diterbitkan pada tahun 1998. Pada tahun 2000 dirilis COBIT 3.0 dan COBIT 4.0
pada tahun 2005. Kemudian COBIT 4.1 dirilis pada tahun 2007 dan saat ini COBIT
yang terakhir dirilis adalah COBIT 5.0 yang dirilis pada tahun 2012.
COBIT
merupakan kombinasi dari prinsip-prinsip yang telah ditanamkan yang dilengkapi
dengan balance scorecard dan dapat digunakan sebagai acuan model (seperti COSO)
dan disejajarkan dengan standar industri, seperti ITIL, CMM, BS779, ISO 9000.
3.
KRITERIA
INFORMASI BERDASARKAN COBIT
Untuk
memenuhi tujuan bisnis, informasi perlu memenuhi kriteria tertentu, adapun 7
kriteria informasi yang menjadi perhatian COBIT, yaitu sebagai berikut:
· Effectiveness (Efektivitas). Informasi
yang diperoleh harus relevan dan berkaitan dengan proses bisnis, konsisten
dapat dipercaya, dan tepat waktu.
· Effeciency (Efisiensi). Penyediaan
informasi melalui penggunaan sumber daya (yang paling produktif dan ekonomis)
yang optimal.
· Confidentially (Kerahasiaan). Berkaitan
dengan proteksi pada informasi penting dari pihak-pihak yang tidak memiliki hak
otorisasi/tidak berwenang.
· Intergrity (Integritas). Berkaitan dengan
keakuratan dan kelengkapan data/informasi dan tingkat validitas yang sesuai
dengan ekspetasi dan nilai bisnis.
· Availability (Ketersediaan). Fokus
terhadap ketersediaan data/informasi ketika diperlukan dalam proses bisnis,
baik sekarang maupun dimasa yang akan datang. Ini juga terkait dengan
pengamanan atas sumber daya yang diperlukan dan terkait.
· Compliance (Kepatuhan). Pemenuhan
data/informasi yang sesuai dengan ketentuan hukum, peraturan, dan rencana
perjanjian/kontrak untuk proses bisnis.
· Reliability (Handal). Fokus pada pemberian
informasi yang tepat bagi manajemen untuk mengoperasikan perusahaan dan
pemenuhan kewajiban mereka untuk membuat laporan keuangan.
4.
CAKUPAN
DOMAIN COBIT
1.
Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)
Domain
ini mencakup strategi dan taktik yang menyangkut identifikasi tentang bagaimana
TI dapat memberikan kontribusi terbaik dalam pencapaian tujuan bisnis
organisasi sehingga terbentuk sebuah organisasi yang baik dengan infrastruktur
teknologi yang baik pula.
2.
Pengadaan dan implementasi (Acquirwand implement)
identifikasi
solusi TI dan kemudian diimplementasikan dan diintegrasikan dalam proses bisnis
untuk mewujudkan strategi TI.
3.
Pengantaran dan dukungan (Deliver and Support)
Domain
ini berhubungan dengan penyampaian layanan yang diinginkan, yang terdiri dari
operasi pada security dan aspek kesinambungan bisnis sampai dengan pengadaan
training.
4.
Pengawasan dan evaluasi (Monitor and Evaluate)
Semua
proses TI perlu dinilai secara teratur dan berkala bagaimana kualitas dan
kesesuaiannya dengan kebutuhan kontrol.
5.
MANFAAT
DAN PENGGUNA COBIT
Secara manajerial target pengguna COBIT
dan manfaatnya adalah :
·
Direktur dan Eksekutif
Untuk memastikan manajemen mengikuti dan
mengimplementasikan strategi searah dan sejalan dengan TI.
·
Manajemen
-
Untuk mengambil keputusan investasi TI.
-
Untuk keseimbangan resiko dan kontrol
investasi.
-
Untuk benchmark lingkungan TI sekarang dan
masa depan.
·
Pengguna
Untuk memperoleh jaminan keamanan dan
control produk dan jasa yang dibutuhkan secara internal maupun eksternal.
·
Auditors
-
Untuk memperkuat opini untuk manajemen
dalam control internal.
-
Untuk memberikan saran pada control
minimum yang diperlukan.
Dalam
menyediakan informasi yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai tujuan
organisasi, COBIT memiliki karakteristik :
-
Business-focused
-
Process-oriented
-
Controls-based
-
Measurement-driven
COBIT
mengelompokkan semua aktivitas bisnis yang terjadi dalam organisasi menjadi 34
proses yang terbagi ke dalam 4 buah domain proses, meliputi :
1)
Planning
& Organization.
Domain
ini menitikberatkan pada proses perencanaan dan penyelarasan strategi TI dengan strategi perusahaan, mencakup masalah
strategi, taktik dan identifikasi tentang bagaimana TI dapat memberikan
kontribusi maksimal terhadap pencapaian tujuan bisnis organisasi sehingga
terbentuk sebuah organisasi yang baik dengan infrastruktur teknologi yang baik
pula. Domain ini mencakup :
-
PO1 – Menentukan rencana strategis
-
PO2 – Menentukan arsitektur informasi
-
PO3 – Menentukan arah teknologi
-
PO4 – Menentukan proses TI, organisasi dan
hubungannya
-
PO5 – Mengelola investasi TI
-
PO6 – Mengkomunikasikan tujuan dan arahan
manajemen
-
PO7 – Mengelola sumber daya manusia
-
PO8 – Mengelola kualitas
-
PO9 – Menilai dan mengelola resiko TI
-
PO10 – Mengelola proyek
2)
Acquisition
& Implementation.
Domain
ini berkaitan dengan implementasi solusi IT dan integrasinya dalam proses
bisnis organisasi untuk mewujudkan strategi TI, juga meliputi perubahan dan
maintenance yang dibutuhkan sistem yang sedang berjalan untuk memastikan daur
hidup sistem tersebut tetap terjaga. Domain ini meliputi:
-
AI1 – Mengidentifikasi solusi yang dapat
diotomatisasi.
-
AI2 – Mendapatkan dan maintenance software
aplikasi.
-
AI3 – Mendapatkan dan maintenance
infrastuktur teknologi
-
AI4 – Mengaktifkan operasi dan penggunaan
-
AI5 – Pengadaan sumber daya IT.
-
AI6 – Mengelola perubahan
-
AI7 – Instalasi dan akreditasi solusi dan
perubahan.
3)
Delivery
& Support.
Domain
ini mencakup proses pemenuhan layanan IT, keamanan sistem, kontinyuitas
layanan, pelatihan dan pendidikan untuk pengguna, dan pemenuhan proses data
yang sedang berjalan. Domain ini meliputi :
-
DS1 – Menentukan dan mengelola tingkat
layanan.
-
DS2 – Mengelola layanan dari pihak ketiga
-
DS3 – Mengelola performa dan kapasitas.
-
DS4 – Menjamin layanan yang berkelanjutan
-
DS5 – Menjamin keamanan sistem.
-
DS6 – Mengidentifikasi dan mengalokasikan
dana.
-
DS7 – Mendidik dan melatih pengguna
-
DS8 – Mengelola service desk dan insiden.
-
DS9 – Mengelola konfigurasi.
-
DS10 – Mengelola permasalahan.
-
DS11 – Mengelola data
-
DS12 – Mengelola lingkungan fisik
-
DS13 – Mengelola operasi.
4)
Monitoring
and Evaluation.
Domain
ini berfokus pada masalah kendali-kendali yang diterapkan dalam organisasi,
pemeriksaan intern dan ekstern dan jaminan independent dari proses pemeriksaan
yang dilakukan. Domain ini meliputi:
-
ME1 – Mengawasi dan mengevaluasi
performansi TI.
-
ME2 – Mengevaluasi dan mengawasi kontrol
internal
-
ME3 – Menjamin kesesuaian dengan kebutuhan
eksternal.
-
ME4 – Menyediakan IT Governance.
Kelebihan COBIT
- Efektif dan Efisien
- Berhubungan dengan informasi yang relevan dan berkenaan dengan proses bisnis, dan sebaik mungkin informasi dikirim tepat waktu, benar, konsisten, dan berguna.
- Rahasia
- Proteksi terhadap informasi yang sensitif dari akses yang tidak bertanggung jawab.
- Integritas
- Berhubungan dengan ketepatan dan kelengkapan dari sebuah informasi.
- Ketersediaan
- Berhubungan dengan tersedianya informasi ketika dibutuhkan oleh proses bisnis sekarang dan masa depan.
- Kepatuhan Nyata
- Berhubungan dengan penyediaan informasi yang sesuai untuk manajemen.
Kekurangan COBIT
- COBIT hanya memberikan panduan kendali dan tidak memberikan panduan implementasi operasional. Dalam memenuhi kebutuhan COBIT dalam lingkungan operasional, maka perlu diadopsi berbagai framework tata kelola operasional seperti ITIL (The Information Technology Infrastructure Library) yang merupakan sebuah kerangka pengelolaan layanan TI yang terbagi ke dalam proses dan fungsi.
- Kerumitan penerapan. Apakah semua control objective dan detailed control objective harus diadopsi, ataukah hanya sebagian saja? Bagaimana memilihnya?
- COBIT hanya berfokus pada kendali dan pengukuran.
- COBIT kurang dalam memberikan panduan keamanan namun memberikan wawasan umum atas proses TI pada organisasi daripada ITIL misalnya.
6.
VERSI
COBIT
•
Versi 1
•
Versi 2
•
Versi 3.0
•
Versi 4.0
•
Versi 4.1
•
Versi 5
COBIT 4 DAN COBIT 5
COBIT 4.0
Cobit
4.0 memberikan fokus bisnis yang cukup kuat untuk mengatasi tanggung jawab para
direktur dan pegawai. Cobit 4.0 menandai pembaharuan pertama dari isi cobit
sejak dirilisnya edisi cobit ketiga di tahun 2000. Edisi pertama diterbitkan di
tahun 1994. Studi kasus pelaksanaan Cobit di organisasi interasional utama
misalnya Unisys, Sun microsystems dan DPR Amerika juga terdapat di cobit case
studies.
“Cobit
4.0 tidak kelihatan seperti sebuah buku akademik. Ada materi yang cukup berguna
pada setiap halaman”, ujar Christoper Fox, ACA. “Cobit 4.0 mampu menjadi sebuah
dokumen yang sangat bermanfaat”. Cobit 4.0 juga mencakup bimbingan bagi para
direktur dan semua level manajemen dan terdiri dari empat seksi :
-
Gambaran luas mengenai eksekutif
-
Kerangka Kerja
-
Isi utama (tujuan pengendalian, petunjuk
manajemen dan model kedewasaan)
-
Appendiks (pemetaan, ajuan silang dan
daftar kata-kata)
Fungsi lainnya :
- Menganalisa bagaimana tujuan pengendalian dapat dipetakan ke dalam lima wilayah penentuan IT agar dapat mengidentifikasi gap potensial.
- Menyesuaikan dan memetakan cobit ke standar yang lain (ITIL, CMM, COSO, PMBOK, ISF dan ISO 17799)
- Mengklarifikasikan indikator tujuan utama (KGI) dan indikator hubungan kinerja utama (KPI), dengan mengenal bagaimana KPI dapat bergerak mencapai KGI.
- Menghubungkan tujuan bisnis, IT dan proses IT (penelitian mendalam di delapan industri dengan pandangan yang lebih jelas tentang bagaimana proses Cobit mendukung tercapainya tujuan IT spesifik dan dengan perluasan, tujuan bisnis).
Cobit
4.0 bisa menggantikan komponen edisi ketiga yang menyangkut ringkasan
eksekutif, kerangka kerja, tujuan pengontrolan dan petunjuk manajemen.
Pekerjaan sedang dilakukan agar bisa mengatasi petunjuk audit.
COBIT 4.1
COBIT
versi 4.1 adalah model standarpengelolaan IT yang telah mendapatkanpengakuan
secara luas, dikembangkan olehInformation Technology Governance Institute(ITGI)
dari Information System Audit andControl Association (ISACA).
Menurut
IT Governance Institute, 2007,menyatakan bahwa pada versi 4.1 ini diuraikan
good practices, domain-domain dan proses kerangka kerja (framework) TI yang
ada.
COBIT 5
COBIT
5 adalah kerangka bisnis untuk tata kelola dan manajemen perusahaan IT (IT
gevornance framework), dan juga kumpulan alat yang mendukung para manager untuk
menjembatani jarak (gap) antara kebutuhan yang dikendalikan (control
requirments), masalah teknis (technical issues) dan resiko bisnis (business
risk). COBIT 5 adalah evolusi dari framework sebelumnya yakni, COBIT 4.1 yang
ditambah dengan Val IT 2.0 dan Risk IT. COBIT 5 didasarkan pada lima prinsip
utama untuk tata kelola dan manajemen perusahaan TI.
-
Prinsip 1
Pemenuhan Kebutuhan Stakeholder Setiap
perusahaan mempunyai visi dan misi yang berbeda
-
Prinsip 2
Meliputi Enterprise End-to-End Menganggap
semua tata kelola dan manajemen TI enabler untuk perusahaan
-
Prinsip 3
Menerapkan Singel Framework
yangTerpaduCOBIT 5 dapat menyesuaikan dengan tatakelola dan manajemen TI pada
perusahan
-
Prinsip 4
Mengaktifkan Pendekatan HolistikCOBIT 5
mendefinisikan satu set enabler untukmendukung pelaksanaan tata kelola
yangkomprehensif dan sistem manajemen TI untukperusahaan
-
Prinsip 5
Memisahkan Tata Kelola dari Manajemen Kerangka
COBIT 5 membuat perbedaan yang jelasantara tata kelola dan manajemen. Tata
kelola pada sebagian besar perusahaan merupakan tanggung jawab dari dewan
direksi yang dipimpin oleh pemilik Manajemen merupakan tanggung jawab semua
manajer eksekutif yang dipimpin oleh direkturoperasional dalam menjalankan
operasional kerja.
Perbedaan COBIT 4.1 dengan COBIT 5
- Prinsip baru dalam tata kelola TI
untukorganisasi, Governance of Enterprise IT (GEIT).
- COBIT 5 memberi penekanan lebih kepada
Enabler.Walaupun sebenarnya COBIT 4.1 juga menyebutkan adanyaenabler-enabler,
hanya saja COBIT 4.1 tidak menyebutnyadengan enabler. Sementara COBIT 5
menyebutkan secaraspesifik ada 7 enabler dalam implementasinya.
- COBIT 5 mendefinisikan model referensi
prosesyang baru dengan tambahan domain governance danbeberapa proses baik yang
sama sekali baru ataupunmodifikasi proses lama serta mencakup aktifitas
organisasisecara end-to-end.
- DalamCobiT 5 terdapat proses-proses baru
yang sebelumnyabelum ada di CobiT 4.1, serta beberapa modifikasi
padaproses-proses yang sudah ada sebelumnya di CobiT 4.1.Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa model referensiproses CobiT 5 ini sebenarnya mengintegrasikan
kontenCobiT 4.1, Risk IT dan Val IT. Sehingga proses-proses padaCobiT 5 ini
lebih holistik, lengkap dan mencakup aktifitasbisnis dan IT secara end-to-end.
KESIMPULAN
- COBIT mengatur masalah tujuan yang harus dicapai oleh sebuah organisasi dalam memberikan layanan TI, sedangkan ITIL merupakan best practice cara-cara pengelolaan TI untuk mencapai tujuan organisasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa COBIT dan ITIL merupakan dua pendekatan dalam tata kelola TI dan tata kelola layanan teknologi informasi yang saling melengkapi.
- Secara umum dapat dikatakan bahwa COBIT merupakan sebuah model tata kelola TI yang memberikan sebuah arahan yang lengkap mulai dari sistem mutu, perencanaan, manajemen proyek, keamanan, pengembangan dan pengelolaan layanan. Arahan dari COBIT kemudian didetailkan kembali oleh beberapa model framework sesuai dengan perkembangan keilmuan.
CONTOH KASUS
Domain : Pengadaan dan implementasi (Acquirwand implement)
Kasus : Implementasi COBIT Pada Kerja Praktek di ”PT. TRANSINDO JAYA
KOMARA”
PT.
Transindo Jaya Komara
KOPERASI
LANGIT BIRU yang sebelumnya dikenal dengan PT. Transindo Jaya Komara (PT. TJK)
dengan Akte Notaris H. Feby Rubein Hidayat SH No. AHU. 0006152.AH.01.09. Tahun
2011 adalah perusahaan konvensional yang sudah berdiri 2 tahun dan bergerak
khusus mengelola daging sapi dan air
mineral.
Saat
ini KOPERASI LANGIT BIRU telah memiliki 62 suplayer pemotongan dan
pendistribusian daging sapi serta pusat pendistribusian air mineral SAFWA.
Adalah Ustad Jaya Komara sebagai Direktur utama memiliki pengalaman 16 Tahun
dalam pengelolaan daging sapi. Ustad yang selalu berpenampilan sederhana dan
apa adanya ini memiliki visi misi besar untuk kesejahteraan bersama khususnya
Umat Islam. Untuk mengembangkan usahanya ini Ustad jaya Komara pada awalnya
hanya menggandeng masyarakat sekitar saja untuk ikut serta menikmati keuntungan
hasil usaha daging sapinya.
Berawal
dari pandanganya terhadap strata kehidupan masyarakat Indonesia dimana yang
kaya makin kaya dan yang miskin tetap miskin. Maka tercetuslah ide kreatif
untuk pengembangan usahanya dengan mengikutsertakan masyarakat pada umumnya.
Pada awalnya hanya diadakan arisan daging untuk masyarakat sekitar saja, yang
hasilnya dibagikan tiap lebaran haji baik berupa keuntungan berupa uang dan
daging sapi itu sendiri, hal ini sudah dilakukan oleh ustad jaya komara sebelum
KOPERASI LANGIT BIRU resmi berdiri.
Berkaitan
dengan pertimbangan diatas, perlu adanya suatu metode untuk mengelola IT. Dalam
hal ini, metode COBIT perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan agar
pengguna IT sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan menghasilkan kinerja yang
efisien dan efektif serta mencegah atau meminimalisir adanya resiko terhadap
penggunaan IT. Dalam hal ini saya mencoba merancang penerapan COBIT pada PT.
Transindo Jaya Komara.
Analisis
Permasalahan
- Pada PT. Transindo Jaya Komara sudah
memiliki prosedur pengelolaan teknologi informasi yang dijalankan, tetapi
faktanya prosedur tersebut tidak sepenuhnya dijalankan, sehingga user biasanya
melakukan secara manual.
- Mengetahui berbagai kendala dalam
pengelolaan teknologi informasi yang dijalankan.
- Perusahaan menginginkan adanya suatu
evaluasi tata kelola teknologi informasi untuk peningkatan mutu perusahaan .
- Pengolahan Data
·
PO 1 Merencanakan rencana strategis IT
Pada PT. Transindo Jaya Komara sudah
mengetahui akan rencana strategis TI, meski kenyataannya pelaksanaannya sering
diabaikan. Pendokumentasian belum terstruktur dengan jelas. Dan hanya diketahui
oleh beberapa pegawai yang berkepentingan saja. Update dari rencana strategis
TI merupakan respon dari permintaan pihak perusahaan dan juga berdasarkan
perubahan kondisi yang ada. Keputusan-keputusan stategis yang diambil hanya
berdasarkan pada masalah yang ada dalam proyek yang dilaksanakan, belum
berdasarkan rencana strategis TI yang telah ditetapkan secara konsisten.
Tetapi pada perusahaan ini sudah adanya
solusi TI yang dibuat untuk menghadapi masalah yang ada. Penyampaian kepada
konsumen juga sudah dilakukan, hanya belum berjalan dengan maksimal.
Penyampaian kepada konsumen dilakukan secara online, dengan website yang
diberikan perusahaan. Seperti adanya rencana strategis dalam pemanfataan TI pada
perusahaan ini yakni :
-
Solusi menyeluruh untuk industri
perdagangan dan investasi
-
Solusi TI menyeluruh dengan nilai yang
luar biasa
-
Solusi TI menyeluruh dengan kompetensi
yang tinggi
·
PO 2 Arsitektur Informasi
Belum semua instansi memiliki sistem informasi
dan sistem informasi yang dikembangkan belum terintegrasi.
·
PO 3 Arah Teknologi
Teknologi yang digunakan belum begitu
canggih karena sarana dan prasarana belum memadai.
·
PO 4 Organisasi TI dan hubungan
Sudah ada sebuah organisasi yang jelas dan
secara khusus menangani bidang IT, tetapi belum bekerja secara maksimal.
·
PO 5 Investasi TI
Belum adanya rancangan anggaran TI yang
menyeluruh. Alokasi anggaran yang terbatas.
·
PO6 Komunikasi tujuan dan arah manajemen
Masih lemahnya koordinasi pembagian produk
produk. Hal ini menyebabkan koordinasi koperasi kurang efektif dan antrian yang
semakin panjang.
·
PO 7 Manage SDM
Penempatan SDM yang tidak tepat dan
pembagian tugas yang tidak jelas. Pengelolaan sumber daya yang belum optimal
baik di tingkat teknis operasional maupun manajerial.
·
PO 8 Kesesuaian dengan external
requirement
Kurangnya kesiapan dalam antisipasi
(change of management) baik terhadap perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi maupun terhadap tuntutan masyarakat (globalisasi).
·
PO 9 Menilai Resiko TI
Di PT. Transindo Jaya Komara sudah
adanya kebijakan akan manajemen resiko,
karena sebagian besar pelaksanaan kegiatan bisnis di Departemen TI di
perusahaan ini sudah memanfaatkan teknologi 100 %. Manajemen resiko dilakukan
sesuai dengan proses yang telah ditentukan perusahaan, namun belum ada standart
khusus untuk mengatur kebijakan manajemen resiko tersebut. Tetapi manajemen
resiko pada perusahaan ini belum disosialisasikan kepada seluruh pegawai, jadi
hanya pihak terkait atau manager yang mengaturnya dan menjalankannya. Apabila
terjadi kesalahan manajer yang memberitahukan secara manual kepada pegawainya.
Proses kelonggaran/mitigasi yang diberikan
terhadap resiko proyek, baik proyek baru atau lama semuanya diperiksa oleh
manager, tetapi masih belum konsisten karena tidak adanya standart khusus untuk
proses tersebut.
·
PO 10 Manajemen Proyek
Pada perusahaan ini, menajemen untuk
proyek telah memenuhi kebutuhan user. User disini ialah pegawai, manager,
pimpinan dan stakeholders lainnya. Namun, proses pedokumentasian belum berjalan
dengan baik serta pengembangan dan penggunaan teknik juga belum dilaksanakan
dengan baik. Serta aplikasi dari penerapan management proyek tergantung pada
kebijakan dari manager.
·
PO 11 Manajemen kualitas
Kurangnya tenaga ahli yang mampu mengawasi kualitas TI
dan rendahnya penghargaan terhadap SDM TI terampil mempengaruhi kualitas sistem
dan pengembangan TI.
Kesimpulan Dari Kasus
Metode
cobit perlu diterapkan pada PT Transindo Jaya Komara, hal ini berdasarkan atas
kelemahan-kelemahan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Dengan
diterapkannya metode cobit diharapkan kinerja PT Transindo Jaya Komara dapat
lebih baik dan terorganisir sehingga visi dan misi perusahaan dapat tercapai
dan juga dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi investor koperasi,
pemegang saham dan pemerintah.
Referensi :
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar